Legenan Desa Ketitang Lor: Tradisi Kebersamaan yang Mengakar, Digelar Meriah pada 16 April 2025
Ketitang Lor, 16 April 2025 — Dalam semangat kebersamaan dan pelestarian budaya lokal, masyarakat Desa Ketitang Lor kembali menggelar acara tahunan “Legenan” pada Rabu malam, 16 April 2025. Bertempat di halaman balai desa, acara ini berlangsung khidmat dan penuh kehangatan dengan dihadiri ratusan warga dari berbagai dusun di desa tersebut. Tradisi ini telah menjadi simbol solidaritas, doa bersama, dan momentum untuk mempererat hubungan antarwarga.
Acara Legenan merupakan kegiatan rutin yang telah dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat Ketitang Lor. Legenan sendiri berasal dari kata “legen” yang dalam bahasa Jawa berarti nira kelapa, namun dalam konteks budaya masyarakat, istilah ini lebih luas mencerminkan momen berkumpulnya warga untuk saling berbagi makanan dan doa, sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang telah diterima serta harapan akan keberkahan di masa mendatang.
Dalam sambutannya, Kepala Desa Ketitang Lor, Bapak Sarwono, menyampaikan apresiasinya kepada seluruh elemen masyarakat yang telah mendukung dan berpartisipasi dalam acara tersebut. “Tradisi Legenan ini adalah warisan budaya yang mencerminkan kearifan lokal kita. Ini bukan hanya sekadar acara makan bersama, tapi juga media untuk menyatukan hati, mempererat silaturahmi, dan memperkuat gotong royong,” ujar beliau dalam pidatonya.
Suasana malam itu terasa sangat istimewa. Para warga duduk melingkar rapi di pelataran, mengenakan pakaian adat dan busana muslim khas Jawa. Di tengah lingkaran, tersusun rapi ratusan besek dan tempat makanan yang nantinya akan disantap bersama setelah doa-doa dan tahlil dipanjatkan. Kebersamaan tersebut mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat desa yang tetap terjaga di tengah arus modernisasi.
Acara diawali dengan pembacaan tahlil dan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Setelah itu, para warga bersama-sama menyantap hidangan yang telah dibawa dari rumah masing-masing. Konsep "kenduri bareng" ini bukan hanya memperkuat rasa saling memiliki antarwarga, tetapi juga mencerminkan prinsip saling berbagi rezeki tanpa memandang status sosial.
“Ini adalah momen yang sangat kami tunggu setiap tahun,” ujar salah satu warga, Pak Mulyadi, yang sudah menghadiri acara Legenan sejak kecil. “Kami merasa seperti satu keluarga besar. Makanan yang kami bawa bukan sekadar sajian, tapi bentuk cinta dan kebersamaan.”
Tak hanya dihadiri oleh warga lokal, acara ini juga menarik minat para perantau yang sengaja pulang kampung untuk turut meramaikan momen tersebut. Beberapa tokoh pemuda desa juga terlihat turut serta, menunjukkan bahwa semangat pelestarian budaya tetap hidup di kalangan generasi muda.
Selain sebagai tradisi budaya dan religius, acara Legenan juga menjadi sarana untuk menyampaikan berbagai informasi penting terkait pembangunan dan kegiatan desa. Dalam sesi penutup, Kepala Desa Sarwono menyampaikan sejumlah agenda pembangunan desa dan mengajak seluruh warga untuk terus berpartisipasi aktif dalam memajukan Ketitang Lor.
Dengan digelarnya Legenan tahun 2025 ini, Desa Ketitang Lor sekali lagi menunjukkan komitmennya untuk menjaga nilai-nilai kultural dan spiritual masyarakat. Di tengah era globalisasi, tradisi seperti Legenan menjadi peneguh jati diri dan cerminan kekayaan budaya lokal yang patut dibanggakan.
Semoga tradisi ini terus lestari dan menjadi warisan yang membentuk karakter masyarakat Ketitang Lor yang rukun, guyub, dan penuh rasa syukur.